![]() |
Tampilan Website HijUp. Sumber: HijUp |
CN Friend pasti sudah tak asing lagi mendengar istilah online shopping atau berbelanja secara online baik melalui website, pelbagai social media (facebook, twitter, kaskus) maupun BBM dan instagram. Tak mengherankan, aktivitas masyarakat urban yang kian tinggi dan fenomena menjamurnya smartphone seolah menjadi 2 faktor yang tak bisa dianggap remeh peranannya hingga online shop kian digandrungi masyarakat Indonesia saat ini.
Ternyata bukan hanya konsumen yang tak memiliki banyak waktu untuk shopping ke mall, produsen pun seringkali tak memiliki banyak waktu untuk mengurusi "dagangannya". Karena saat ini, lumrah saja seorang pegawai kantoran yang juga menjadi pengusaha di perusahaannya sendiri. Bukan hanya persoalan waktu, biaya sewa tempat di pusat perbelanjaan pastinya menjadi pertimbangan produsen. Sehingga hadirnya terobosan online shopping seolah menjadi angin segar bagi produsen dalam mengatasi keterbatasan waktu, sumber daya, dan dana saat hendak menjual produknya. Online shopping memang terobosan yang terbilang masih hangat, dengan keuntungan yang cukup menggiurkan.
Bergerak khusus di industri fesyen muslimah, HijUp yang berasal dari kata Hijab Up! memiliki visi untuk bisa menjadikan Indonesia sebagai kiblat mode muslimah. Sang founder, Diajeng Lestari menuturkan bahwa ide awalnya tidak se-“wah” HijUp sekarang. Lulusan Ilmu Politik Universitas Indonesia ini awalnya sekadar berniat membuat katalog baju muslimah.
Dengan background marketing researcher yang dimilikinya, ia langsung melakukan riset mengenai kebutuhan pasar. Ternyata sangat riskan merealisasikan idenya, melihat banyak majalah gratisan saat ini yang gulung tikar karena tak berhasil “tuutup modal”. Melihat risiko tinggi, ia banting setir merambah dunia maya dengan memproduksi katalog online –katalog baju muslimah yang dipasarkan secara online-. Namun ternyata setelah melakukan brainstorming dengan beberapa teman yang telah memiliki brand baju muslimah sendiri, pembuatan katalog dinilai tidak akan efektif. “Kalau katalog setiap brand owner cukup membuat blog yang simple yang berfungsi sebagai display produk brand-nya.”
Ajeng –panggilan akrab Diajeng Lestari- akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa banyak pengusaha kelas menengah di Indonesia yang mulai berpikir untuk membuka online shop. “Justru yang banyak dibutuhkan, bagaimana konsumen bisa membeli secara online dengan sistem komputer yang otomatis dan tak mungkin terganggu oleh human error.”tambahnya. Langsung mencuat ide di kepala Ajeng untuk membuat konsep “department store” online dengan membuat website yang menjual brand dari pelbagai tenant. Tanpa pikir panjang, ia langsung menggaet sang suami yang memang lulusan IT untuk membuat sistem online shopping di website. Selama proses pembuatan ternyata ia mendapat sinyal positif dari pelbagai pihak.
Sebelum HijUp resmi diluncurkan pada 1 Agustus 2011 lalu, Ajeng masih menggunakan sistem “snow ball” untuk mencari tenant. Berawal dari lingkar pertemanan dengan beberapa anggota hijabers community. Ia menawarkan secara acak siapa yang mau “menitipkan” brand-nya di HijUp. Sebagai permulaan, 14 tenant berhasil ia “gaet” untuk bergabung dengan HijUp. Strategi pemasaran word of mouth (WOM) dinilai Ajeng sangat jitu untuk membantu awareness masyarakat dan brand owner muslimah clothing shop. “Beruntung kita sudah di lingkar market-nya. Tenant awal yang bergabung adalah anggota hijabers community yang sudah well-known, dan punya mangsa pasar tersendiri.” Imbuh wanita kelahiran Bekasi, 17 Januari ini. Bahkan HijUp tidak membuat iklan maupun banner online, hanya mengadakan press conference saat launching dengan harapan media sebagai influencer bisa menyebarkan semangat untuk menjadikan Indonesia pusat busana muslim dunia.
![]() |
Tenant yang ingin mendaftarkan brand-nya cukup isi formulir secara online dengan menyertakan foto contoh produk. Sumber: HijUp |
Memasuki tahun ke-2, sebanyak 60 tenant telah memercayakan brand-nya bergabung bersama hijup. Hijup sendiri membuka kesempatan sebesar-besarnya bagi yang ingin bergabung. Bahkan, kini tak hanya brand busana muslimah, beberapa brand sepatu, dan wardah cosmetic ikut andil di HijUp. Mudah saja prosedur untuk bergabung bersama HijUp, cukup mendaftarkan brand yang dimiliki di website HijUp Setelahnya, akan ada proses penyeleksian yang cukup ketat dengan melalui proses kurasi. Setiap brand yang ingin bergabung harus lolos dari kualifikasi 3K; kualitas, karakter dan kreatifitas. Kualitas baik sudah menjadi suatu kewajiban karena dari awal HijUp memiliki visi untuk bisa unggul di pasar internasional. Selain itu, karakter brand akan diterjemahkan dalam produk yang dikeluarkan. Jika karakternya kuat, brand nya bisa telihat bold. Kreatifitas pastinya diperlukan untuk bisa menghasilkan sebuah produk yang orisinil, bukan sekadar meniru desain yang ada di pasaran.
Jika suatu brand dinilai telah memiliki ke-tiga kualifikasi di atas, pihak HijUp akan meminta brand tersebut mengirimkan produknya. Selanjutnya, akan ada proses seleksi lagi secara ketat apakah seluruh kualitas produk yang dikirimkan telah terlepas dari “cacat pabrik” . Bila ditemukan kancing atau jahitan yang lepas, hal tersebut tak bisa ditolerir oleh HijUp. Produk yang telah lolos akan di packing ulang dan di letakkan di storage room. Selain itu juga akan dilakukan photoshoot yang hasil akhirnya berupa foto brand yang akan di unggah di website HijUp.
![]() |
Storage Room. Inilah tempat penyimpanan all the fabuluos outfit yang membuat para hjabers semakin modis. |
![]() |
Pekerja HijUp sedang melakukan packing |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar